|
Bila anda berkesempatan datang berkunjung ke Bakti Sala Pusdiklat
Buddhis Bodhidharma Jakarta, maka anda dapat mengikuti puja bakti di hadapan
Rupang Panca Dhyani Buddha sebagai rupang-rupang utama.
Mengapa Panca Dhyani Buddha? Di dalam Mahayana selain terdapat penghormatan terhadap Sakyamuni Buddha, sebagai Manussi Buddha, juga dikenal dan terdapat penghormatan dan pemujaan terhadap Dhyani Buddha. Bahkan umat Buddha di Indonesia sejak dulu telah melakukan pemujaan terhadap Dhyani Buddha ini, sebagaimana tercermin dengan rupang-rupang yang terdapat di Candi Borobudur.
Tiga Tubuh Buddha
Umumnya pemujaan
terhadap Manussi Buddha dan Dhyani Buddha ini menjadi lengkap ditambah dengan
pemujaan terhadap Dhyani Bodhisattva, karena sesungguhnya di dalam Buddha
Mahayana ketiganya merupakan suatu kesatuan Trikaya, seperti yang tercermin
pada rupang yang terdapat di Candi Mendut, yaitu Amitabha Buddha (Dhyani
Buddha), Sakyamuni (Manussi Buddha), dan Avalokitesvara (Dhyani Bodhisattva).
Pemujaan terhadap
Dhyani Buddha, Manussi Buddha, dan Dhyani Bodhisattva, yang masing-masing
berjumlah lima, merupakan realisasi dalam bentuk pemujaan dari konsep ajaran
Mahayana tentang tiga aspek tubuh Buddha atau Trikaya, yang terdiri dari:
Dharmakaya, Sambhogakaya, dan Nirmanakaya.
Dhyani Buddha
merupakan perwujudan dari Dharmakaya, Manussi Buddha perwujudan dari
Nirmanakaya, dan Dhyani Bodhisattva perwujudan Sambhogakaya. Masing-masing
bertugas berpasangan untuk suatu kurun waktu yang bersamaan, seperti masa
kini Dhyani Buddha Amitabha (Dharmakaya) dengan Manussi Buddha Sakyamuni
(Nirmanakaya), dan Dhyani Bodhisattva Avalokitesvara (Sambhogakaya).
Sedangkan pasangan
masa lalu adalah: Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava (Dhyani Buddha),
Kakusanda, Kanogama, Kassapa (Manussi Buddha), Samantabhadra, Vajrapani,
Ratnapani (Dhyani Bodhisattva). Dan pasangan yang akan datang adalah:
Amoghasidhi (Dhyani Buddha), Maitreya (Manussi Buddha), dan Visvapani (Dhyani
Bodhisattva).
Trikaya
Dharmakaya merupakan intisari dari alam semesta yang mencakup samsara dan nirvana, dan yang selalu berada dalam dua kutub kesadaran dan pengetahuan murni. Dharmakaya dimengerti juga sebagai hakekat wujud duniawi dari Buddha dan sebagai tubuh hakiki dari kesadaran dasar yang merupakan inti kenyataan. Dharmakaya juga disebut-sebut sebagai suatu asas rohani yang meliputi segala sesuatu, asal dan sumber dari semua Buddha, dan sebagai tempat larutnya segala sesuatu. Dharmakaya juga merupakan esensi dari semua Buddha, atau sumber Dharma, sumber kesunyataan. Dharmakaya yang berada dimana-mana dan dapat menciptakan dirinya sendiri dalam segala bentuk, dipandang juga sebagai Yang Mutlak. Sambhogakaya merupakan tubuh rahmat, tubuh sinar, cahaya dan kekuatan keBuddhaan. Sambhogakaya dianggap juga sebagai manifestasi dari Yang Mutlak, atau kenyataan yang lebih tinggi dari sesuatu yang bersifat fisik. Sambhogakaya berwujud sebagai kekuatan atau cahaya yang hanya dapat dirasakan secara rohani. Dan hal ini diusahakan dan diupayakan oleh para calon Buddha seperti tercermin dalam perwujudan Prajna dan Karuna oleh para Bodhisattva.
Sambhogakaya termanifestasi dalam Nirmanakaya. Bila mana batin
pencerahan telah terbuka untuk sinar yang kekal dari Buddha, cahaya Buddha,
kebenaran yang abadi, maka tak diperlukan ekspresi-ekspresi ketubuhannya yang
bersifat fisik.
Nirmanakaya merupakan tubuh perwujudan yang lebih nyata dan konkrit
dari Sambhogakaya sebagaimana tercermin dalam tubuh Sakyamuni Buddha. Yang
absolut termanifestasi melalui tubuh Sakyamuni Buddha dan menyatakan diri di
dunia dalam wujud tubuh manusia untuk mengajar manusia.
Sebagaimana halnya dengan manusia. Nirmanakaya juga mengalami perubahan, tetapi memiliki karakter dan kemampuan supranatural. Dengan tubuh fisiknya Sakyamuni Buddha membabarkan Dharmanya sebagai penunjuk jalan kebebasan tanpa kekuasaan untuk mempersingkat jalan yang ditempuh seseorang.
Panca Dhyani Buddha
Panca Dhyani Buddha terdiri dari: Vairocana, Aksobhya,
Ratnasambhava (masa lalu), Amitabha (masa kini), dan Amoghasidhi (masa yang
akan datang). Dhyani Buddha biasanya juga disebut Buddha Kosmik atau Buddha
Alam Semesta.
Kelima Dhyani Buddha (Panca Dhyani Buddha) memiliki mudranya masing-masing. Mudra yang menjadi ciri dari sikap tubuh masing-masing Dhyani Buddha itu adalah suatu gerakan tangan yang mempunyai arti dan lambang. Masing-masing kelima Dhyani Buddha itu juga menempati posisi tertentu di alam semesta sesuai mudranya, yang memiliki arti penting dalam kaitannya dengan mandala, yaitu suatu lingkungan magis yang mencerminkan alam semesta.
Vairocana Dhyani Buddha kedudukannya berada di tengah atau di
pusat. Dengan sikap Witarka-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka di atas
pangkuan, telapak tangan kanan di atas lutut kanan, tiga jari: tengah, manis,
dan kelingking ke atas, ibu jari dan telunjuk membentuk lingkaran, artinya
telah menguasai tiga loka (Triloka). Vairocana berarti sumber cahaya.
Memiliki warna putih, dengan unsur panca bhuttha tanah, unsur panca skandha
rupa, dan unsur panca indera penciuman.
Aksobhya Dhyani Buddha berkedudukan di sebelah timur. Dengan sikap
Bhumisparsa-Mudra, yaitu telapak tangan kiri ke atas dan di atas pangkuan,
telapak tangan kanan menelungkup di atas lutut kanan, menunjukkan bumi
sebagai saksi. Aksobhya berarti sumber ketenangan. Memiliki warna biru,
dengan
unsur panca bhuttha hawa atau udara, unsur panca skandha vinnana atau kesadaran, dan unsur panca indera suara.
Ratnasambhava Dhyani Buddha kedudukannya di selatan. Dengan sikap
Wara-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka ke atas pangkuan, telapak
tangan kanan terbuka di atas lutut kanan, memberikan anugerah dan berkah.
Ratnasambhava berarti permata alam semesta. Memiliki warna kuning emas,
dengan unsur panca bhuttha air, unsur panca skandha vedana atau perasaan, dan
unsur panca indera pengecapan.
Amitabha Dhyani Buddha berkedudukan di barat. Dengan
Dhyana-Mudra, yaitu telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri di
pangkuan, sedang bermeditasi. Amitabha berarti cahaya tanpa batas. Memiliki
warna merah, dengan unsur panca bhuttha api, unsur panca skandha sanna atau
pencerapan, dan unsur panca indera bentuk.
Amoghasidhi Dhyani Buddha berkedudukan di utara. Dengan sikap
Abhya-Mudra, yaitu telapak tangan kiri terbuka di atas pangkuan telapak
tangan kanan di atas lutut kanan dengan jari-jari terbuka ke atas, ibu jari
ke dalam, artinya jangan takut. Amoghasidhi berarti Mahajadi yang tiada
mengenal kegelapan. Memiliki warna hijau, dengan unsur panca bhuttha angin,
unsur panca skandha sankhara, dan unsur panca indera peraba.
Sujud di hadapan Buddha Kosmik
Bila anda berkesempatan untuk memuja atau bersujud pada lima Dhyani Buddha tersebut, maka dengan begitu anda telah melakukan penghormatan terhadap Buddha Kosmik yang merupakan perwujudan Tubuh Dharma atau Dharmakaya di alam semesta ini. Yakni melakukan pemujaan terhadap Buddha asli atau sumber keBuddhaan itu sendiri.
Sesuai dengan esensi,
tugas, dan fungsinya sebagai Dharmakaya, Dhyani Buddha tersebut selalu berada
dalam kontemplasi atau meditasi (Dhyana) terus menerus. Walaupun demikian,
melalui kegiatan berkontemplasi tersebut, para Buddha itupun dapat
memancarkan energinya membentuk tubuh yang bersifat lebih aktif sebagai
Sambhogakaya tercermin dalam Panca Dhyani Bodhisattva.
Selanjutnya sebagai
perwujudan yang lebih aktif, Sammbhogakaya atau Dhyani-Bodhisattva ini
berperan dalam mengatur dan mengendalikan dunia. Dalam masa yang dianggap
kritis, dimana dunia memerlukanNya, maka Dhyani Bodhisattva bisa mengambil
wujud manusia (Nirmanakaya) untuk menyebarkan Dharma, seperti Sakyamuni
Buddha yang dikenal dalam sejarah.
Sesuai esensi, tugas
dan fungsi dari Dharmakaya, maka puja bakti terhadap Panca Dhyani Buddha ini
pun yang mengandung makna kontemplasi, keheningan yang dalam sekaligus akan
membangkitkan energi aktif dalam mewujudkan Prajna dan Karuna.
Karena itu pemujaan
terhadap Panca Dhyani Buddha, yang mengandung sifat kontemplatif dan aktif
ini, telah termasuk juga melakukan pemujaan terhadap Manussi Buddha (seperti
Sakyamuni Buddha) dan Dhyani Buddha (seperti Bodhisattva Avalokitesvara),
mengingat ketiganya merupakan satu kesatuan dari Trikaya.
Jadi, dengan
menyebut Namo Amitabha, Namo Sakyamuni Buddha, Namo Avalokitesvara
Bodhisattva, kita sesungguhnya tengah membangkitkan Bodhicitta di dalam diri
kita dan mewujudkan Prajna dan Karuna dalam tindakan nyata. Untuk itu, datang
dan bersujudlah di hadapan Panca Dhyani Buddha, lima Buddha Kosmik, Buddha
Alam Semesta! (Jo Priastana)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar